#ContactForm1 { display: none ! important; }

Friday 3 October 2014

[THOUGHTS] Jumatulis Season 2 - 02 Hasrat - Malila

Aku menatap tumpukan barang-barang yang aku beri label sebagai barang-barang paling berharga di dalam hidupku. Ruangan khusus ini sengaja aku dedikasikan untuk mereka. Bibirku menyunggingkan senyuman penuh rasa senang. Tangkapanku hari ini sangat memuaskan.

***

"Malila. Nama saya Malila..."

"Nama yang bagus. Apa artinya?" 

Aku menatap ke arah pria paruh baya di depanku ini, sambil terus memperlihatkan senyum andalanku, "Tidak tahu, Pak. Saya sendiri tidak memahami artinya. Sepertinya, orang tua saya hanya memberikan nama secara asal saja, yang penting terdengar bagus...."

Aku masih menatap ke arah pria paruh baya di depanku... Tunggu, siapa tadi namanya? Kualihkan pandangan ke arah name tag yang sedang ia kenakan. Oh, Pak Hendrawan. Ya, Hendrawan. Sepertinya, Maura akan sangat senang kalau mendapatkan tangkapan seperti Pak Hendrawan ini. Aku paham sekali dengan selera Maura; tidak peduli dengan penampilan fisik, yang paling penting adalah isi dompetnya. Aku terkekeh membayangkan bagaimana air liur Maura akan menetes dengan deras begitu kukenalkan dengan Pak Hendrawan.

"Ada yang lucu?" pertanyaan Hendrawan membuyarkan pikiranku.

"Tidak ada, Pak. Saya hanya teringat dengan Maura. Bapak, kan, tahu... Kedatangan saya ke kantor Bapak, walaupun terkesan formal, tetapi kita sama-sama tahu ada bisnis apa di antara kita...." jawabku dengan senyum tetap tersungging di bibir.

Sepertinya, Pak Hendrawan cukup puas dengan jawabanku. Kepalanya mengangguk-angguk seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Patuh sekali mendengarkan penjelasanku terkait bisnis kami.

"Bapak sudah siap bertemu dengan Maura malam ini?"

"Tentu! Tentu saja saya sudah sangat siap."

"Kalau begitu, sampai jumpa di tempat pertemuan kita nanti malam, Pak. Nantikan suguhan istimewa dari Maura...."

Ya, suguhan istimewa. Benar-benar istimewa. Aku semakin tidak sabar untuk melaksanakan misi malam ini.

***

Aku mempercepat laju mobil, berharap sampai di apartemen tepat waktu. Malila sudah berulang kali mengingatkanku, pagi tadi, supaya aku tidak terlambat. Kurang dari 45 menit lagi pelanggan baruku akan sampai. Artinya, aku hanya memiliki waktu sedikit untuk mempersiapkan diri. Untungnya, lokasi hotel, tempat aku dan Pak Hendrawan bertemu, sangat dekat.

Aku tidak boleh terlambat. Malam ini harus berjalan dengan lancar.

Aku membayangkan wajah Malila nanti. Dia pasti berhasil untuk mendapatkan yang diinginkannya malam ini. 

Cukup pertemuan terakhir saja yang menjadi satu-satunya kegagalan di dalam perjalanan kisah kami berdua. Saat itu, aku terlalu bodoh untuk menyadari bahwa klien kami begitu licik dan mudah membaca pola kami. Aku dan Malila sampai bersusah-payah mengubah pola supaya tidak lagi mengalami kesalahan yang sama. Bukan berarti, kami berdua, selalu menggunakan pola yang sama. Tidak. Ini tidak pernah terjadi. Kami selalu membuat pola yang berbeda dalam menjalankan aksi, meskipun hasil akhirnya tetap saja sama; ada kepuasan di diriku dan di diri Malila. 

Kepuasanku, tentu saja, uang berlimpah yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupku dan adikku; Malila. Sejak orang tua kami meninggal dunia saat kami masih berusia 15 tahun dan 5 tahun -- jangan tanya mengapa kami bisa memiliki jarak usia yang cukup jauh. Tanyakan saja pada orang tua kami, yang tentunya tidak akan dapat kalian tanyakan untuk sekarang, hahaha -- aku harus memutar otak untuk dapat bertahan hidup. Satu-satunya pilihan paling masuk akal bagiku, ya, menjalani bisnis ini.

Awalnya, Malila hanya mengekor saja. Anak kecil, dia tidak perlu tahu secara mendetail tentang apa saja peranku selama menjalani bisnis. Meskipun usianya sekarang sudah memasuki 20 tahun, aku melarang keras keinginannya untuk mengikui jejakku. Tidak akan. Dia membantuku mendapatkan klien, ini tidak masalah, tetapi jangan pernah menjadi objek pemuas juga. Cukup aku saja. 

Aku sudah merancang kehidupan baru bagi kami berdua. Pak Hendrawan akan menjadi klien terakhirku. Setelah ini, aku akan mengajak Malila hidup di tempat lain -- tempat di mana tidak ada seorang pun yang mengenali kami berdua, tempat di mana aku dan Malila benar-benar mampu menjalani kehidupan yang lebih normal. Aku sudah mulai khawatir dengan Malila, amit-amit kalau dia menjadi terjebak di bisnis ini seperti diriku. Amit-amit.

***

Berulang-kali aku menunggu kode dari Maura, tetapi tidak juga kudapatkan. Seharusnya, kalau menilik dari kebiasaan sebelumnya, saat ini aku sudah masuk ke dalam ruangan dan melakukan eksekusi akhir dari permainan di bisnis kami. Tetapi, aku tidak berani bergerak tanpa kode karena khawatir akan mengacaukan posisi Maura.


Maura selalu bergerak sebagai starter. Dia akan merayu klien hingga mabuk kepayang -- mabuk dalam arti sebenarnya, kalau kau penasaran, lalu menciptakan sensasi penuh ilusi seolah klien tersebut mendapatkan kepuasan yang mereka harapkan, dan terakhir meninggalkan klien tertidur pulas dengan uang dan beberapa benda miliknya kami rampas.

Aku akan menjadi "tukang bersih-bersih" di permainan ini. Maksudku, membantu menghilangkan jejak. Oh ya, tentu saja ketika berhadapan dengan klien, aku dan Maura tidak pernah tampil seperti apa adanya kami. Haram hukumnya.

Karena penasaran dan juga merasa tidak enak, aku segera menuju ke hotel. Aku mengumpat di dalam hati karena kami tidak pernah mengandalkan gadget atau social media atau email untuk berkomunikasi jika terkait bisnis, demi menjaga kerahasiaan dan tidak meninggalkan jejak. Cukup Malila dan Maura, nama kecil kami yang dikenal, itupun hanya dikenal oleh oleh klien.

***

Aku merasakan firasat buruk. Sepertinya Pak Hendrawan bukan klien mudah. Aku harus melakukan sesuatu sebelum terlambat. Setidaknya aku harus menyelamatkan Malila, harus!

Aku melihat korek gas di meja dekat ranjang. Aku raba perlengkapan lain yang selalu aku persiapkan di dalam tas kalau sedang menjalani bisnis. Aku masih ingat bahwa ada sedikit bensin di dalamnya. Aku perhatikan ruangan suite ini. Tidak ada pilihan lain, bakar!

***
Aku menatap tumpukan barang-barang yang aku beri label sebagai barang-barang paling berharga di dalam hidupku. Ruangan khusus ini sengaja aku dedikasikan untuk mereka. Bibirku menyunggingkan senyuman penuh rasa senang. Tangkapanku hari ini sangat memuaskan; sebuah dompet cantik yang mirip dengan yang dibawa Maura terakhir kali, 10 tahun yang lalu. Aku berhasil mendapatkannya dari hasil lelang online. Susah sekali mendapatkannya karena model yang sama sudah tidak pernah diproduksi lagi.

Di dalam ruangan kesayanganku ini terkumpul semua benda yang mengingatkanku kepada Maura, kakakku. Satu-satunya keluarga yang aku ingat dengan baik. Walaupun Maura sering bercerita bahwa kami pernah memiliki orang tua, tidak ada satupun jejak yang bisa mengingatkanku kepada mereka. Bahkan, selembar foto pun aku tidak punya.

Dengan pelan, kuusap syal terakhir yang ditinggalkan Maura untukku. Dulu, aku selalu mengumpulkan syal. Setiap kali Maura selesai menjamu klien, uangnya digunakan untuk tabungan atas namaku dan sebagian kecil dibelikan syal baru kesukaanku.

Udara dingin merambahi tubuhku, segera saja kuketatkan lilitan syal di leher untuk menghalaunya. Kota kecil ini sudah memasuki musim dingin.

Kalian tentu heran mengapa, sekarang, aku bisa terdampar di sini. Aku tidak pernah mengetahui bahwa Maura sudah menyiapkan segalanya untukku, secara diam-diam, termasuk wasiatnya terkait kepindahanku ke sini.

Semakin aku mengingat Maura, semakin pikiranku dibawa ke kejadian dulu, kejadian yang menjadi akhir perjalanan bisnis kami sekaligus menjadi awal mula keberangkatanku ke dunia baru. 

SAYA BUNUH KAMU!!!

Hanya itu teriakan terakhir yang aku dengar dari dalam kamar hotel. Selebihnya, aku tak lagi mengingatnya. Tiba-tiba saya suasana berubah senyap dan terdengar ledakan dari arah kamar, tidak lama muncul api yang cukup besar.

Aku sempat berpikir bahwa Maura terbunuh oleh Pak Hendrawan, ternyata pikiranku salah. Justru di olah TKP selanjutnya -- yang hanya bisa aku simak melalui berita karena pesan terakhir Maura yang diletakkan di kamarnya menyuruhku untuk segera pergi dari Indonesia -- aku menyadari bahwa Maura-lah yang membunuh Pak Hendrawan dan kemudian membakar ruangan hotel. Aku tidak ingat lagi detail-detailnya, sepertinya sudah membeku di dasar otak tanpa pernah aku sadari. Mungkin karena peristiwa tersebut begitu traumatis bagiku.

Tiba-tiba saja aku sudah berada di sini. Tiba-tiba saja aku tidak lagi memiliki keluarga. Tiba-tiba saja aku harus menjalani kehidupan baru sesuai keinginan terakhir Maura, aku menyadari bahwa Maura sudah mempersiapkan kehidupan baruku dengan begitu sempurna tanpa pernah aku mengetahui sejak kapan dia mempersiapkan semuanya. Dan tiba-tiba saja aku menjadi begitu terobsesi untuk mengumpulkan apapun, apapun yang bisa mengingatkanku dengan Maura, karena tidak ada satupun benda-benda milik Maura yang bisa aku bawa. Ada hasrat yang begitu kuat yang membuatku selalu ingin mengumpulkan semua hal yang bisa kuraih, yang dapat membuatku melepas rindu terhadap Maura.

Kamu harus hidup dengan jalan yang lebih baik. Jangan pernah terpikir untuk mengulang kehidupan lama, kecuali kamu sudah tidak menghargaiku sebagai kakak yang begitu menyayangimu. Jangan pernah mencoba untuk kembali ke Indonesia, jangan pernah. Kamu jangan khawatir akan kehilangan aku karena aku akan selalu ada dan mengawasimu, selamanya, mungkin tanpa pernah kamu menyadarinya.

Aku tidak tahu mana yang lebih benar, kenangan Maura atau udara dingin, yang membuatku sekarang terduduk di ruangan kenangan dan menangis histeris. Tangisan histeris pertama yang berhasil aku keluarkan sejak aku kehilangan Maura, selamanya. 


Have a blessed day!





#Jumatulis Season 2!!!
Howreee~

Formasi sekarang agak-agak berbeda dibanding Season 1 beberapa bulan yang lalu. Ada anggota yang tetap ikut dan ada yang tidak ikut serta lagi, sebagai gantinya kami memiliki anggota-anggota baru.
  1. Nia - @niafajriyani - niafajriyani.blogspot.com 
  2. Ijul - @Juliardi_Ahmad - lelakibulanjuli.blogspot.com 
  3. Bije - @ipehalena - ipehalena.tumblr.com 
  4. Yoga - @YogaPrakoso01- yogaprakosonugroho.wordpress.com 
  5. Ndeh - @ndehyaminaris - ndehyaminari.blogspot.com 
  6. Diah - @diahrizki_ - dear-diah.blogspot.com 
  7. Ian - @sayah_ian - punya-ian.blogspot.com 
  8. Lia - @ainiamaliaaini - ainiamaliaaini.blogspot.com 
  9. Iyas - @iyasCoveRy - iyassastra.blogspot.com 
  10. Wira - @wiradwiirawan - jejakwira.pun.bz 
  11. Vy - @vitox_vy - duniavy.tumblr.com 
  12. Dwi - @dwianantasari - dweedy.blogspot.com 
  13. Asti - @asti_symn - prahathea.blogspot.com 
  14. Asty - @astyintanpw - astyintanpw.blogspot.com  
  15. Yelsa - @fahziani - fahzianiblog.wordpress.com 

Selain itu, di #Jumatulis Season 2 ini, kamu membuat blog #Jumatulis serta membuat akun twitter @Jumatulis. Kami juga mengajak teman-teman non-anggota untuk ikut terlibat dalam membuat tulisan sesuai dengan tema tertentu, yang dikumpulkan setiap hari Jumat maksimal pukul 23.59 WIB. Informasi mengenai #Jumatulis dapat dilihat di sini, sementara untuk informasi terkait dengan peraturan terkait #Jumatulis Season 2 dapat dilihat di sini.