#ContactForm1 { display: none ! important; }

Sunday 29 April 2012

[THOUGHTS] Have You Been Burned by a Broken Heart

Buat kamu, yang pernah atau sedang mengalami patah hati, bisa baca artikel ini.
Artikelnya cukup menarik. Ditulis oleh Dr. Margaret Paul.

Ini saya coba rangkum isi artikelnya yaa...
Here we go....




Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kerja otak kita terlihat seperti "tidak tegas" untuk membedakan antara rasa sakit yang disebabkan karena sakit fisik dengan rasa sakit karena ada luka emosional yang mendalam.

Nah, kita biasanya tidak bermasalah jika kita memberikan kepedulian dan juga perhatian terhadap diri sendiri ketika kita mengalami luka fisik. Namun, saat kita mengalami luka emosional, kita justru menjadi sangat sulit untuk bisa memberikan bentuk perhatian dan kepedulian dengan level yang sama seperti mengalami luka fisik. Intinya, kita membutuhkan lebih banyak kelembutan saat kita mengalami patah hati dibandingkan saat kita mengalami luka fisik.


Apa yang Kamu Lakukan Saat Patah Hati?
Biasanya, kita melakukan perilaku-perilaku yang cenderung adiktif (menimbulkan ketergantungan) untuk menghilangkan perasaan terluka saat patah hati. Misalnya, dari contoh kasus Alexander. Setelah isterinya meninggalkan Alexander demi laki-laki lain enam tahun yang lalu, sejak itu pula Alexander yang sudah tidak pernah merokok selama bertahun-tahun kembali menjadi perokok aktif dan ia merasa sulit sekali untuk menghentikan kebiasaan ini.

Alexander tidak akan dapat menghentikan kebiasaan merokoknya selama sakit hati yang ia rasakan tidak dihilangkan. Merokok bukan satu-satunya perilaku adiktif yang menghampiri Alexander. Ia juga selalu menyalahkan dirinya sendiri atas semua pilihan-pilihan yang ia buat selama pernikahan dengan mantan isterinya tersebut berlangsung. Sejalan dengan rasa menyesal dan malu yang dirasakan Alexander, ia mengimplementasikan perasaan kesendirian, patah hati, dan tidak berdaya dengan merokok dan menyalahkan diri sendiri.


Ketika Kamu Merasa Sendiri dan Patah Hati, Apakah Kamu:

  • makan berlebihan, memakan makanan cepat saji, merokok, meminum alkohol terlalu banyak, atau mengkonsumsi obat-obatan?
  • mencari kesenangan?
  • merasa menyesal dan malu dengan selalu menyalahkan diri sendiri?
  • merasa marah dan menyalahkan orang lain, dan selalu menganggap bahwa diri kamu adalah korban?
  • melamun di depan TV?
  • mengakses internet untuk mengakses informasi seputar seks dan pornografi?
  • menjadi terlalu sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya?
  • menjadi menyukai aktivitas yang membuat ketergantungan seperti berjudi dan bermain video games?


Pada kasus Alexander, dia tidak pernah belajar untuk mengatasi patah hatinya dengan membiarkan perasaan tersebut berlalu dari hidupnya. Dia cenderung untuk menutupi perasaan terluka yang dialaminya. Sementara, untuk membuat perasaan terluka akibat patah hati bisa menghilang, kita butuh untuk menerima perasaan tersebut dan jangan menghindar darinya. Kita harus memberikan kelembutan, perhatian, dan kebaikan kepada diri kita supaya semua perasaan terluka tersebut dapat sepenuhnya dirasakan, dicerna, dan kemudian dilepaskan.


Cupsmuach! *ketjup semua yang lagi patah hati*
Have a blessed day!