#ContactForm1 { display: none ! important; }

Friday 8 June 2012

[THOUGHTS] All About Storyteller Chapter 2

Tema: Modal Pengelolaan Diri Sebagai Pencerita Keren


Buat saya, yang penting ada keinginan dulu untuk bercerita. Memulai dari nol, bahkan minus, tidak masalah. Learning by doing.


Bakat bisa diasah melalui latihan. Semakin banyak pengalaman dan jam terbang, semakin terampil juga. Ini yang membuat pencerita bisa menjadi lebih percaya diri.


Terkadang saya merasa lebih sulit bercerita kepada anak yang memiliki hubungan "dekat" dibanding ke anak-anak lain.


Membentuk antusiasme bercerita ke anak-anak lain kadang terasa lebih bebas. Mungkin karena tidak saling mengenal. Berbeda jika ke anak yang saya kenal.


Saat pertama kali melakukan kegiatan bercerita saya juga ragu dengan kemampuan diri sendiri karena saya merasa belum banyak pengalaman.


Honestly, saya belum memiliki anak. Jadi, audience saya lebih banyak anak-anak lain atau anak-anak dari komunitas yang saya berikan program atau kegiatan.


Kalau saya coba analisa, ada keterlibatan emosional yang lebih mendalam jika kita berinteraksi dengan anak sendiri, keponakan, atau adik.


Nah, keterlibatan emosional ini bisa menjadi seperti 2 sisi mata uang. Saat mood baik, antusiasme terjaga, pasti kita menjada lebih mudah untuk "mingle". 


Sebaliknya, saat mood sedang tidak baik, effort untuk memunculkan antusiasme menjadi lebih besar. Inilah yang bisa membuat saya kesulitan.


Untuk mengantisipasi sulitnya menjaga niat dan antusiasme, saya belajar untuk lepas-pasang "topeng".


"Topeng" ini membantu saya untuk bisa membedakan kapan harus berkutat dengan diri sendiri dan kapan harus fokus pada hal lain.


Kasarnya begini: saat saya harus fokus pada hal lain, dalam hal ini bercerita ke anak, saya harus pakai "topeng" sebagai seorang pencerita.


Saat "topeng" sudah dipasang, semua masalah pribadi harus disimpan sementara. Fokus beralih ke audience.


Dengan fokus ke audience, saya lebih terbantu untuk memunculkan mood, menjaga niat. Bukan hal mudah, saya masih harus belajar.


Kalau bagi saya, antusiasme dan niat bisa membantu saya untuk mengatasi demam panggung. Sampai sekarang terkadang saya masih deg-degan, terutama menjelang bercerita. Biasanya yang "menyembuhkan" ya antusiasme dan niat awal tadi.


Kalau kita percaya diri pasti mudah mengatasi demam panggung. Tetapi mengasah kepercayaan diri ternyata tidak mudah.


Bercerita hal yang sama berulang kali juga bisa membuat saya bosan. Terkadang jadi seperti sedang menghapal, bukan bercerita.


Usaha dan terus belajar itu wajib hukumnya bagi seorang pecerita *sekalian selftalk.


Saya biasa membangun atau menjaga antusiasme dengan selftalk. Meyakinkan diri kalau saya bercerita untuk tujuan belajar-bermain-mendidik anak.

===


Note
  • Dipublikasikan pertama kali di twitter saya pada tanggal 4 Juni 2012 dan dimediasi oleh Indonesia Bercerita melalui tagar #EduStory.
  • Disusun per chapter di akun Goodreads saya.

Cupsmuach! *ketjups Takita*
Have a blessed day!