#ContactForm1 { display: none ! important; }

Monday 15 September 2014

[EXPERIENCES] The Naiya Indonesia dan Boekoe Factory Outlet

Informasi mengenai GA dari Mbak @RedCarra terkait dengan syukuran atas launching buku pertamanya yang berjudul Sukses Membangun Toko Online membuat saya bersemangat untuk berbagi cerita dan beberapa ide pengembangan yang saya miliki untuk toko online milik saya. Terus terang saya belum memiliki buku yang dimaksud, apalagi membacanya hehe, jadi saya tidak memiliki gambaran tentang isi buku tersebut. Tetapi, karena fokus cerita kali ini adalah "curhat" saya tentang proses menjalankan toko online dengan cara seadanya, entah masuk kategori bagus dan sukses atau mendelep saya tidak paham, beserta segala mimpi yang saya miliki untuk menjalankan bisnis ini ke depannya nanti... Maka, di sinilah saya, mencoba berbagi kepada teman-teman semua hahaha.

Selamat membaca...
\(^o^)/

***

Sejujurnya, bisnis online baru berani saya lakukan pada tahun 2010. Saat itu, saya sudah sekitar tiga tahun aktif belanja online. Perkenalan awal saya dengan aktivitas berbelanja online dilakukan melalui Multiply -- yang sayangnya sudah almarhum itu -- dengan berbelanja ke seorang Mbak yang saya kenal sejak bermain Multiply tahun 2005 dan di awal tahun 2007 dia menjual koleksi pakaian yang superb. Saking senangnya dengan hasil berbelanja di sana, pakaian-pakaian tersebut masih saya gunakan sampai sekarang. Kemudian, seorang Mbak lainnya yang di awal tahun 2008 menetap di Thailand juga mulai usaha berjualan pakaian Thailand yang cantik-cantik itu, saya sering menemukan koleksi yang belum sampai di Indonesia bahkan ada beberapa yang saya lihat baru masuk ke Indonesia (atau booming sekali di sini) ketika saya mulai aktif berjualan, hahaha. Koleksi yang saya beli dari hasil hunting si Mbak di Thailand juga masih saya kenakan sampai sekarang. Kemudian saya juga berkenalan dengan aktivitas berbelanja online melalui beberapa website dan juga "toko-toko" yang bertebaran di Facebook.

Sebagian besar yang saya beli secara online adalah fashion outfits from top to toe. Mulai dari jilbab, syal, atasan, bawahan, sepatu, tas, aksesoris. Semuanya! Saya bahkan pernah berbelanja "daleman" secara online juga, hahaha. Tapi kemudian saya bosan karena selalu menjadi pembeli. Apalagi ketika saya mulai bisa membandingkan harga jual di sana dan di sini lalu mulai mempelajari bagaimana para seller berinteraksi kepada customer, saya pun semakin malas jika hanya menjadi pembeli. Dari beberapa seller yang berinteraksi dengan saya, ada yang mereka menjual produk sendiri; dalam arti mereka memproduksi barang-barang dari hasil membuat sendiri (sebagian besar berupa aksesoris, tas, sepatu, dan pakaian), ada juga yang mendapatkan dari produsen besar dan mereka adalah tangan-tangan pertama dari para produsen tersebut (terutama yang menjual produk yang import dari Korea, which is sangat hits super hebring syekaliii dalam beberapa tahun terakhir ini semenjak Korean wave melanda Indonesia).

Melalui perkenalan dengan para seller inilah saya baru berani memulai bisnis online di awal tahun 2010. Awalnya, saya mencoba melalui konsep sosial. Kebetulan, di awal saya memulai usaha bisnis online, saya juga sedang melakukan kegiatan sosial dengan beberapa teman. Di saat itu juga, saya mulai berkenalan dengan beberapa akun di Facebook yang fokus melakukan garage sale. Terinspirasi dari konsep garage sale tersebut, saya pun membuat satu akun di Facebook bernama Amabel CSR. Saya mengumpulkan pakaian, tas, sepatu, aksesoris milik pribadi dan juga mengajak beberapa teman untuk ikut menyumbang -- tentu saja mengutamakan barang-barang yang dalam kondisi baik dan layak pakai -- untuk saya jual melalui garage sale di akun Amabel CSR tersebut. Saya jual dengan harga sangat murah dan jauh dari harga beli, dan hasil akhirnya... LAKU!!! Seluruh hasil penjualan pun bisa disalurkan dengan cepat kepada yang membutuhkan. Alhamdulillaaaaah... Saya tidak menyangka jika hasilnya bisa sebagus itu.

Di perjalanan term selanjutnya, teman saya sudah tidak dapat lagi ikut serta dan saya pun mulai menjalankan sendirian. Saat itu, saya mulai mengubah konsep. Amabel CSR tetap memiliki konsep sosial, apalagi nama CSR pun berasal dari istilah (Corporate Social Responsibility, yang khas di perusahaan-perusahaan itu), tetapi tidak hanya dari garage sale melainkan juga dari keuntungan penjualan lainnya. Saya pun mulai berkenalan dengan pihak-pihak lain yang bisa diajak bekerjasama. Partner pertama saya saat itu adalah produsen yang fokus menjual sepatu-sepatu bergambar (sepatu lukis). Sayangnya, di perjalanan, dia menunjukkan kinerja yang tidak baik sehingga saya dengan berat hati melepas kerjasama tersebut. Padahal respon penjualan saat itu cukup positif. Selama sekitar sebulan pasca penghentian kerjasama, saya kembali hanya fokus di garage sale.

Tidak lama, saya berkenalan dengan beberapa supplier lainnya, yaitu handmade shoes dan juga handmade bags. Selain itu, saya juga berkenalan dengan supplier untuk hijabs dan fashion outfits yang mengkhususkan untuk muslimah, selain berkenalan dengan supplier untuk fashion outfits yang lebih umum. Saya pun berkenalan dengan supplier untuk make up, mulai dari yang authentic sampai yang nganu...  Maka, saya pun kembali mengubah konsep Amabel CSR yang tidak hanya fokus pada garage sale melainkan juga menjual produk fashion outfits from top to toe, baik yang handmade maupun yang bukan. Saya juga mulai membuka sistem re-seller, baik re-seller lepas maupun yang menginginkan sistem dropship. Akun di Facebook juga saya tambah, sehingga saya memiliki sekitar empat akun untuk berjualan dengan fungsinya masing-masing. Akun Amabel CSR saya gunakan untuk semua keperluan, sementara akun lainnya ada yang saya gunakan khusus untuk menjual handmade shoes and bags, ada yang khusus menjual make up, dan ada yang khusus menjual kaftan made by order. Konsep sosial di Amabel CSR tetap dijaga, sementara untuk akun-akun lainnya tidak memiliki konsep serupa. Alhamdulillaaaah sangat lancar. Saya sampai kewalahan karena sulit sekali membagi peran sebagai mahasiswa (sok) sibuk yang sedang menempuh profesi dan peran sebagai penjual, hahaha. Akhirnya, di awal 2011 saya menggandeng seorang teman untuk bekerjasama, dengan pembagian keuntungan berdasarkan sistem bagi hasil.

Kerjasama terbaru membuat saya menentukan sebuah image untuk saya gunakan sebagai bahan branding. Karena saya seorang muslimah dan saat itu sedang senang-senangnya eksplorasi gaya berjilbab dan berdandan, akhirnya saya menetapkan sebuah nama untuk toko online saya, yaitu The Naiya Indonesia. Nama ini saya ambil dari salah satu nama panggilan slang untuk "Nia", yang didapatkan dari cara beberapa teman dalam memanggil saya. Branding ini saya gunakan untuk semakin mengedepankan produk yang "perempuan banget", khususnya "muslimah banget".

Karena akun-akun personal di Facebook tidak dapat menggunakan nama-nama yang suspected bukan manusia, maka saya tidak dapat menggunakan nama "The Naiya Indonesia". Jadi, saya memilih untuk mengubah akun-akun saya dengan nama depan "Naiya". Amabel CSR sebagai akun jualan pertama milik saya, berubah nama menjadi Naiya Hijabs Outfits II, dan untuk operasional sehari-harinya dilakukan oleh teman saya.

Akun-akun jualan milik saya di facebook lainnya juga diubah dengan menggunakan nama "Naiya". Saya handle Naiya Hijabs Outfits I (sama dengan Naiya Hijabs Outfits II, akun ini menjual semua produk fashion outfits from to to toe, termasuk aksesoris dan produk handmade lainnya), Naiya MAC (menjual make up MAC mulai dari yang authentic sampai yang KW. Belakangan, saya memilih berhenti untuk menjual yang KW karena khawatir akan mempengaruhi image The Naiya Indonesia juga), dan Naiya Kaftan (khusus menjual kaftan made by order, dengan supplier dari seorang Mbak yang saya kenal). Atas saran dari seorang teman, serta berdasarkan pengalaman bahwa akun-akun facebook yang saya gunakan untuk berjualan saat itu juga mulai sering dicoba di-hack oleh beberapa pihak entah siapa (bahkan ada yang sampai mengalami penipuan atas nama saya dan saya yang kena getahnya!), akhirnya saya membuat blog The Naiya Indonesia dan fan-page The Naiya Indonesia. Saya juga membuat akun twitter The Naiya Indonesia.

Apakah semua berjalan mulus?
Jawabannya, tentu saja tidak. 

Selain mengalami beberapa kali bongkar-pasang partner, pernah terkena penipuan, serta akun jualan beberapa kali dicoba di-hack... Saya juga pernah beberapa kali harus diomeli customer karena kesalah-pahaman, paket kiriman yang tidak kunjung sampai, hingga beberapa kali harus "ikhlas" memberikan refund kepada customer yang menuntut uang kembali karena, katanya, paket kiriman tidak sampai setelah lebih dari satu bulan. Paket kiriman tidak sampai ini bukan sepenuhnya salah kami para seller, to be honest hahahaha, karena saya selalu "mengawal" keberadaan barang dengan menanyakan langsung ke orang-orang di agen pengiriman yang saya kenal baik semenjak memulai bisnis online ini. Apalagi agen-agen yang saya gunakan untuk pengiriman barang juga menyediakan jasa online-tracing berdasarkan nomor resi, jadi lebih mudah untuk memantau. Terkadang, barang sudah sampai di agen pusat yang berada di kota terdekat dengan alamat pengiriman, tetapi tidak sampai dikirim ke alamat pengiriman. Kejadian seperti ini biasanya dialami oleh customer yang alamat rumahnya sangat jauh dari pusat kota.

Saya cukup bersabar dibilang sebagai penipu, saya ikhlaskan saja hahaha. Apalagi ketika berhadapan dengan customer untuk produk garage sale. Khusus produk garage sale pasti saya sebutkan dengan sangat rinci kondisi barang yang dijual, termasuk jika ada cacat (entah warna yang pudar, ada sedikit lecet, dan lainnya). Saya juga membuka sesi tanya-jawab sepuasnya melalui SMS, BBM, WA, dan email. Belum termasuk tanya-jawab via personal message di Facebook. Jadi, maksud saya, kalau menjadi customer ya jadilah customer yang pintar dan bijak dalam menanyakan kondisi barang jika dirasa kurang jelas. Tapi, ada saja customer yang belakangan malah marah dan mengomeli saya, bahkan mengatai saya penipu dan memberikan komentar sangat jahat karena menurut dia barang yang diinginkan tidak sesuai harapan. Boooo~ padahal apa yang dia keluhkan sudah tertera dengan jelas di rincian produk yang saya pajang di Facebook, serta dari setiap foto yang saya kirimkan ke dia melalui personal message di Facebook dan sebagainya hahahaha. Ada lagi, yang saya ingat persis, bahwa yang bersangkutan tidak pernah melakukan order kepada saya, tetapi tiba-tiba menjelekkan saya di ruang publik melalui akun Facebook karena merasa saya tipu. Heyloooo~ Lagi-lagi, saya memilih bersabar dan mengikhlaskan diri supaya tidak terpancing, hahaha.

Semenjak saya pindah ke Bandung, praktis The Naiya Indonesia tidak pernah aktif lagi karena saya belum memiliki partner terbaru. Terus terang, saya kesulitan jika harus mengembangkan bisnis ini sendirian. Ditambah lagi, saya masih harus berkutat dengan kuliah profesi yang menuntut perhatian lebih. Padahal, ada banyak sekali mimpi dan desain yang sudah saya siapkan untuk ini. Bahkan, tadinya saya ingin bisnis ini berjalan lebih profesional per tahun 2014 ini. 

Saya membayangkan sistem penjualan untuk fashion outfits seperti yang dimiliki oleh Zalora dan Zoya untuk website lokal yang saya suka, serta Glamour Fashion atau Outfit Fashion untuk website luar negeri. Tapi, saya lebih senang dengan tampilan girly seperti yang dimiliki oleh Ban.do dan website Ban.do inilah yang pertama kali membuat saya ngiler setengah mati untuk bisa mengembangkan The Naiya Indonesia secara lebih profesional dengan produk-produk yang cantik dan tampilan yang eye catchy, sehingga bisa memiliki website penjualan yang compatible, bukan sekadar blog berantakan hahaha. 

Saya bahkan membayangkan bahwa The Naiya Indonesia memiliki model tersendiri, yaitu adik sepupu saya yang memang sangat senang dengan dunia fashion dan sekarang sedang kuliah di jurusan yang menunjang hobinya tersebut. Saya ingin The Naiya Indonesia menjadi signature produk-produk jualan saya, yang memiliki butik dan juga website untuk order secara online sehingga dapat menyentuh pangsa pasar yang lebih luas di dalam maupun luar negeri, seperti ketika The Naiya Indonesia masih aktif berjalan. Dengan sistem yang masih "berantakan" saja saya dan The Naiya Indonesia pernah "icip-icip" memperoleh customer dari Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, bahkan UK. Terutama untuk produk hijabs, kaftan, aksesoris, dan hasil olahan batik. Apalagi, jika nantinya The Naiya Indonesia bisa dijalankan secara lebih profesional.

Ke depannya, The Naiya Indonesia sangat mungkin menjadi usaha bersama keluarga terdekat saya, terutama antara saya dan adik sepupu tersebut, mengingat kami berdua memang memiliki obsesi untuk mempunyai butik sendiri di kota halaman; Bandar Lampung. Mungkin, realisasi untuk menjalankan ini semua baru benar-benar dapat saya lakukan setelah saya selesai dengan kuliah profesi, semoga awal 2015 wisuda (aamiin? AAMIIN!!!), dengan ditunjang oleh betapa kerennya adik sepupu saya dalam mendesain produk hahaha. Awalnya The Naiya Indonesia diperuntukkan untuk menjadi clothing line saya saja. Tetapi, karena basic jualan yang sudah berjalan mencakup segala produk, maka saya memperluas area "jajahan" supaya The Naiya Indonesia tidak hanya menjadi clothing line saja melainkan juga menjadi identitas resmi secara keseluruhan. Branding utama dari saya dan toko saya. Jadi, saya dan The Naiya Indonesia benar-benar memiliki produk sendiri yang di-desain sendiri dan diproduksi sendiri, serta tetap memiliki konsep sosial seperti sebelumnya. Meskipun, kemungkinan besar, jualan utamanya tetap di fashion outfits.

Aamiin!

Nah, sambil menunggu realisasi dari kebangkitan kembali The Naiya Indonesia, saya mengembangkan toko buku online. Baru sekitar sebulan ini saya jalankan, setelah (akhirnya!) menemukan partner. Konsepnya masih sangat sederhana, kami menjual buku-buku murah dengan segmentasi tertentu. Artinya, kami tidak menjual semua genre buku. Awalnya ini berangkat dari ide saya untuk bisa memiliki "Roema Boekoe", sebuah rumah di mana saya bisa menikmati me time dengan membaca buku dan bersantai tanpa disesaki dengan segala urusan kuliah atau tugas ini-itu hahaha. Ide ini mulai terbentuk ketika dulu (2003-2007) saya berkenalan dengan rental buku seperti Dunia Buku (DiBi) dan Bubu di Depok. Kemudian, ketika saya berkenalan dengan Buku Kafe (masih di Depok) serta ketika Zoe akhirnya bersandar di Margonda Raya Depok, saya semakin mupeng untuk bisa memiliki usaha serupa. Keinginan ini semakin besar ketika saya berkenalan dengan Reading Lights dan Cokotetra di Bandung. Nah, begitu saya juga semakin kenal dengan orang-orang di belakang layar dari Jual Buku Sastra di Jogjakarta dan Lawang Buku di Bandung, saya semakin ingin berjualan buku-buku berkualitas seperti yang mereka lakukan. Apalagi, jika mendengar cerita tentang bagaimana mereka bergerak dan menjalankan usaha yang memang tidak berpatokan pada profit semata melainkan juga mengemban misi masing-masing. Akhirnya, tepat sebulan yang lalu (16/08/14), saya dan seorang teman menjalankan Boekoe Factory Outlet.

Boekoe Factory Outlet masih sangat sederhana. Operasionalisasinya melalui akun di Twitter dengan menggunakan akun yang rencananya untuk digunakan secara pribadi, tetapi akhirnya saya alihkan untuk menjadi akun Boekoe FO. Sementara akun Facebook Amabel CSR (yang kemudian saya ubah menjadi Naiya Hijabs Outfits II), saya alih-fungsikan menjadi fan-page Boekoe FO dari pada tidak terpakai. Akun Instagram Boekoe FO juga sudah dibuat, tetapi belum difungsikan hahaha. Untuk website, Boekoe Factory Outlet masih menggunakan blog sederhana. Saya sangat terinspirasi dari konsep Jual Buku Sastra ketika mereka masih menggunakan blog sederhana dan belum membeli domain khusus seperti sekarang.

Bisa dibilang, konsep berjualan online yang diusung oleh Boekoe Factory Outlet memang banyak terinspirasi dari Jual Buku Sastra (special thanks to ommin Uda Abang Koto untuk perkenalan terkait JBS dan Mas Amie yang banyak kasih bocoran tentang bagaimana JBS berjalan sampai sekarang). Sementara itu, untuk cerita-cerita seru seputar berjualan buku banyak saya dapatkan dari Kang Deny Lawang Buku dan para akang-mamang penjual buku bekas di lapak-lapak sepanjang Jalan Dewi Sartika Bandung.

Dari usaha seperti ini memang tidak menghasilkan keuntungan sebesar ketika saya menjalankan The Naiya Indonesia, tetapi ada kepuasan luar biasa ketika saya berburu buku murah dan berkualitas, apalagi ketika bisa tetap menjualnya di bawah harga pasaran, hahaha. Hitung-hitung, proses perburuan tersebut sekaligus untuk misi perburuan pribadi, karena saya berburu buku murah juga untuk mengembalikan koleksi saya yang hilang.

Tentu saja, saya masih ingin mengembangkan Boekoe Factory Outlet sebagai toko buku online dengan website yang lebih asik juga. Misalnya, seperti yang dimiliki oleh Homerian Shop atau Scoop. Jadi, Boekoe Factory Outlet tidak hanya mengandalkan interaksi jual-beli seperti yang sekarang dilakukan (fokus melalui SMS/WA saja), tetapi memudahkan orang-orang yang ingin berbelanja online juga. Nah, untuk bisa menjangkau ke sana, Boekoe FO tentu harus memperkuat modal dan menambah jumlah stok barang yang dijual juga hahahaha, mengingat sekarang koleksi kami masih sangat terbatas. Setidaknya, kami bersyukur karena dalam sebulan pertama ini usaha kami berjalan lancar dan banyak dibantu oleh teman-teman dari komunitas Klub Buku Indonesia yang "rajin" membeli produk jualan kami atau ada teman-teman yang menjadi sponsor kegiatan giveaways di dalam grup WA KBI dengan hadiah berupa buku-buku yang dijual di Boekoe Factory Outlet.

Doakan saja semoga proses pengembangan usaha Boekoe Factory Outlet diberi lancar. Aamiin yaa, aamiiin!

Kalau semua berjalan dengan lancar, dan rencana saya sekarang untuk kembali ke Bandar Lampung jadi terlaksana, pengembangan The Naiya Indonesia dan Boekoe Factory Outlet akan saya lakukan dari sana. Khusus untuk Boekoe Factory Outlet akan bekerjasama dengan beberapa teman penggila buku di sana. Setidaknya, sudah ada satu orang yang mempunyai mimpi terkait buku yang sama persis dengan mimpi saya dan kami sudah membuat konsep terkait dengan perpustakaan (serupa konsep Buku Kafe dulu) sejak bertahun-tahun yang lalu. Sementara, untuk yang di Bandung akan tetap berjalan seperti sekarang. Dan kemungkinan besarnya, semua usaha yang direncanakan untuk berjalan di Bandar Lampung akan saling terintegrasi dengan usaha daycare (yang konsepnya terkatung-katung sejak tahun 2009) serta klinik kecantikan milik Tante (yang sudah berjalan sejak sekitar dua tahun lalu). 

Bagaimana bentuknya?

Pernah ke factory outlet bernama The Secret dan Herritage di Bandung? Kira-kira seperti itu konsep bangunan utamanya yang berupa daycare beserta fasilitas penunjang lainnya, ditambah tempat praktek profesi Psikolog saya. Tetapi, begitu masuk ke dalamnya akan bertemu dengan beberapa pilihan lainnya, seperti kalau kita masuk ke bagian dalam dari The Secret hahaha. Mau ke The Naiya Indonesia untuk berbelanja pakaian, atau ke Boekoe Factory Outlet untuk membeli atau menikmati buku bacaan dengan santai, mau memanjakan tubuh di klinik kecantikan, atau sekadar makan santai di mini-resto? Bisa semua! Konsepnya all-in dengan suasana homy dan mencerminkan kehangatan keluarga, makanya akan ada ruang bermain yang bisa digunakan oleh anak dan orang tuanya, di sana juga akan ada perpustakaan bersama. Rencananya seperti itu. Namanya juga proyek jangka panjang... Kalau misalnya adik-adik saya yang "pakar hukum" semua kembali ke Bandar Lampung, kemungkinan akan ada biro hukum juga di sana, hahahaha. Sekali lagi, namanya juga rencana jangka panjang, jadi entah kapan bisa terealisasi seutuhnya, hahaha.

Modal, mana modal?!
Ayo sini, datang datang datang...

Tapi, berhubung yang sekarang sedang berjalan HANYA Boekoe Factory Outlet saja, maka untuk sekarang saya fokus di pengembangan ini dulu. Boekoe FO harus memperbanyak koleksi sekaligus mempercantik website supaya lebih eye catchy dan customer-friendly. Ya, setelah partner saya yang bernama Neng Upi gareulis selesai dulu perkara sidang skripsinya tanggal 20 September 2014 ini, baru deh pembahasan ini bisa kami perdalam lagi, hahaha. Doakan yaaa~

Kebetulan, sudah ada teman yang bersedia membantu untuk masalah design logo sekaligus membuatkan bookmark yang akan menjadi trademark Boekoe FO, mengingat logo yang sekarang hasil "comot" dari Mbah Gugel dan memang hanya digunakan untuk sementara sampai logo tetap kami dapatkan. Doakan juga semoga proses pengembangan ini berjalan dengan lancar dan Boekoe FO dapat mencapai standar yang diharapkan, hehe...


Selamat berbelanja di Boekoe Factory Outlet, yaa... ^^



Have a blessed day!





***

Essay ini diikutsertakan di dalam #LombaBlogTokoOnline